KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Makalah Ini dibentuk untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Dosen Pengampu : Shidiq Premono, M.Pd
Oleh :
Kelompok 6
1. Dian Ayu Puspitasari (11670004)
2. Woro Sri Erdini (11670020)
3. Izzatillah Safitrie (11670028)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern ketika ini, makin terasa betapa penting peranan organisasi terhadap kepentingan manusia, tidak ada seorang pun diantara insan ini rasanya yang dilahirkan samai pada ketika kematiaannya tidak terikat pada organisasi. Sebuah sekolah ialah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Seorang kepala sekolah sebagai pemimpim harus sanggup memahami, mengantisipasi, dan memperbaiki konflik yang terjadi di lingkungan sekolah serta sanggup memperbaiki organisasi dan operasionalisasi sekolah.
Studi keberhasilan sekolah memperlihatkan bahwa kepala sekolah ialah orang yang menetukan fokus dan suasan sekolah. Oleh lantaran itu, dikatakan pula bahwa “Keberhasilan sekolah, ialah sekolah yang mempunyai pemimpin yang berhasil.” Penguasaan teori pengetahuan wacana kepemimpinan tentu saja merupakan sumbangan besar bagi kepala sekolah. Studi historis untuk menganalisis kepemimpinan menyerupai pendekatan psikologis, situasi, perilaku, dan pendekatan kontingensi perlu ditanamkan kepada kepala sekolah, sehingga bisa meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang dirasakan penting sekali demi berhasilnya sekolah yang dipimpinnya. Kepemimpinan ialah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh lantaran itu, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Oleh lantaran itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian dan fungsi kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan pendidikan, pendekatan pendidikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pemimpin.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian dan fungsi kepemimpinan?
2. Apa sajakah yang tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?
3. Apa yang dimaksud pendekatan pendidikan?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pemimpin?
C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk:
1. Mengetahui apa itu pengertian dan fungsi kepemimpinan.
2. Mengetahui tipe-tipe kepemimpina pendidikan.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan pendidikan.
4. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan pemimpin.
BAB II
ISI
A. Pengertian dan Fungsi Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Robinson (1991) dalam Mulyono (2009:2) kepemimpinan ialah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota semoga bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari efek sanggup diperoleh secara formal yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu organisasi. Sementara berdasarkan Toha (1992) dalam Mulyono (2009:3) kepemimpinan ialah kegiatan mempengaruhi sikap orang lain atau seni mempengaruhi sikap manusia,baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan sanggup terjadi di mana saja, asalkan seseorang memperlihatkan kemampuaannya mempengaruhi orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan berdasarkan Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 27/KEP/1972 dalam Makawimbang (2012:6) ialah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga sanggup dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan.
Beberapa definisi kepemimpinan yang lain berdasarkan Usman (2006:280) dalam Makawimbang (2012:6) ialah
1. Overton (2002) menjelaskan : kepemimpinan ialah kemampuan untuk memperoleh tindakan dengan dan melalui orang lain dengan kepercayaan dan kerjasama.
2. Manz dan Sims, Jr (2001) pemimpin ialah orang yang mempunyai kekuasaan, kewenangan atau kharisma yang cukup untuk mempengaruhi orang lain.
3. George R.Terry (1972), mengungkapkan kepemimpinan ialah kekerabatan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam kekerabatan kiprah untuk mencapai yang diinginkan pemimpin.
Sebenarnya masih banyak sekali pengertian wacana kepemimpinan, sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan pengertian tersebut, dari beberapa pengertian di atas sanggup disimpulkan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum dengan maksud semoga insan sebagai penggalan dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan dirinya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.
Dari kesimpulan definisi di atas, ada beberapa unsur pokok dalam kepimpinan berdasarkan Nawawi (1983:80) ialah sebagai berikut:
a. Orang-orang yang sanggup mempengaruh orang lain di satu pihak
b. Orang-orang yang menerima efek di pihak lain
c. Adanya maksud-maksud atau tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai
d. Adanya serangkaian tindakan tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi merupakan jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu penggalan tubuh. Fungsi kepemimpinan berafiliasi eksklusif dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok yang diwujudkan dengan interaksi antar individu di dalam kelompok atau organisasi.
Secara operasional, berdasarkan Kuriniadin dan Machali (2009:309-310) fungsi kepemimpinan sanggup dibedakan dalam lima fungsi pokok sebagai berikut
a. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan di mana perintah itu dikerjakan semoga keputusan sanggup dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain semoga mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam perjuangan memutuskan keputusan, pemimpin kerap memerlukan materi pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai aneka macam materi isu yang dibutuhkan dalam memutuskan keputusan. Pada tahap berikutnya, konsultasi dari pimpinan dengan orang-orang yang dipimpin sanggup dilakukan sesudah keputusan ditetapkan dan dalam tahap pelaksanaan. Konsultasi ini untuk memperoleh timbal balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
c. Fungsi Partisipasi
Pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melaksanakan semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil kiprah pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksanaan.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memperlihatkan pelimpahan wewenang menciptakan atau memutuskan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi intinya merupakan kepercayaan. Orang yang mendapatkan delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang mempunyai kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Pada fungsi pengendalian, kepemimpinan yang sukses dan efektif bisa mengatur acara anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian sanggup diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otoriter
Karakteristik tipe pemimpin absolut berdasarkan (Lamberi dan Indarfachrudi, 1983:49) adalah
a. Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan seorang atau sekelompok kecil orang yang disebut atasan sebagai penguasa.
b. Semua kebijakan dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahaannya.
c. Semua perintah, pemberiaan dan pembagian kiprah dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan bawahan
d. kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat lain dalam organisasi
e. mengutamakan pelaksanaan dan penyelesaian tugas
f. mengabaikan kiprah bawahan dalam proses pengambilan keputusan
Akibat negatif dalam kepemimpinan tipe absolut dalam bidang pendidikan adalah
a. guru menjadi orang penurut yang tidak mau dan tidak bisa berinisiatif dan takut mengambil keputusan
b. guru dan murid dipaksa bekerja keras, patuh dan mekanis dengan diliputi perasaan takut dan ketegangan lantaran terus-menerus dibayangi dengan bahaya hukuman.
c. sekolah menjadi statis, lantaran segala sesuatu cukup diputuskan oleh atasan saja semoga lebih cepat terlaksana.
Akibat positif dari kepemimpinan absolut berdasarkan Nawawi (1983:96)
a. Suasana kerja menjadi terkendali lantaran bawahan tunduk kepada pemimpin
b. Pemimpin tipe absolut juga masih dibutuhkan sebagai wujud kesatuan perintah semoga tidak simpang siur dan membingungkan
c. Adanya kontrol dan pengawasan yang besar dari pemimpin
2. Tipe Laissez Faire
Lamberi dan Indrafachrudi (1983:53) menyatakan karakteristik pada tipe kepemimpinan Laissez Faire ialah
a. pemimpin memperlihatkan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masing-masing anggota staf untuk apa saja yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka.
b. Pemimpin tipe menyerupai ini akan menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menuntaskan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, sesudah pertanda tujuan. Ia hanya akan mendapatkan laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlalu jauh ikut campur atau mengambil inisiatif.
Akibat negatif tipe kepemimpinan Laissez Faire ialah sebagai berikut
a. Suasana kerja menjadi kacau lantaran tidak ada kiprah pemimpin yang nyata
b. Kurangnya semangat kerja lantaran pemimpin tidak memperlihatkan kiprahnya sebagai motivator bagi bawahannya
c. Sulit terjalin komunikasi lantaran pemimpin yang terlalu pasif
Akibat positif tipe kepemimpinan Laissez Faire ialah sebagai berikut
a. Bawahan menjadi lebih terampil dan berpengalaman
b. Bawahan menjadi lebih kreatif dan inofatif lantaran tidak ada kekangan dari pemimpin untuk melaksanakan suatu pekerjaan
3. Tipe Demokratis
Karakteristik dari tipe kepemimpinan demokratis berdasarkan Kuriniadin dan Machali
(2009:306) ialah
a. Pemimpin memperlihatkan bimbingan yang efisien terhadap bawahannya
b. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan pemfokusan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kolaborasi anggota dengan baik
c. Kekuatan kepemimpinan demokratis bukan terletak pada kekuatan pemimpin tetapi dari partisipasi aktif anggota kelompok
d. Pemimpin menghargai setiap potensi individu dan mau mendengarkan masukan dari bawahan
e. Mampu memanfaatkan setiap kemampuan anggotanya dengan efektif
Kekurangan tipe kepemimpinan demokratis berdasarkan Kuriniadin dan Machali (2009:307) adalah
a. Lambat dalam hal pengambilan keputusan, lantaran menunggu semua anggota kelompok sepakat pada satu keputusan
b. Demokrasi yang melampui batas justru akan disalahgunakan oleh bawahan yang tidak bertanggung jawab
Kelebihan tipe kepemimpinan demokratis menurut Nawawi (1983:96) ialah
a. Menghargai hak asasi manusia, yakni hak untuk mengemukakan pendapat setiap anggota karyawan
b. Delegation of Authority sangat dominan
c. Kepemimpinan tipe demokratis merupakan bentuk yang paling harmonis untuk forum pendidikan lantaran memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif untuk memajukan organisasi
d. Tercipta kekerabatan kerja yang positif dalam bentuk saling melengkapi dan mengisi kekurangan anggota lain
4. Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Kuriniadin dan Machali (2009:302) menyatakan karakteristik tipe kepemimpinan kharismatik adalah
a. Pemimpin mempunyai energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain
b. Memiliki inspirasi, keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendiriannya sendiri
c. Totalitas kepribadian pemimpin memancarkan efek dan daya tarik yang sangat besar
d. Pemimpin terpilih lebih lantaran kesetiaan dari bawahannya atau lebih didasari rasa sukarela oleh pengikutnya
Lamberi dan Indrafachrudi (1983:53) menyatakan kekurangan pada tipe kepemimpinan Kharismatik adalah
a. Bawahan tunduk kepada pemimpin tanpa berpikir panjang lantaran efek yang sangat kuat dari kharismanya
b. Pemimpin yang tidak bertanggung jawab atau terlena dengan kharisma yang dimilikinya sanggup bertindak sewenang-wenang lantaran bawahan patuh tanpa harus menerima tekanan
c. Bawahan cenderung bersifat fanatisme
Kelebihan pada tipe kepemimpinan Kharismatik adalah
a. Pemimpin sangat disegani dan mempunyai wibawa yang tinggi
b. Bawahan sanggup dengan gampang diawasi, dikontrol dan diperintah lantaran patuh terhadap pemimpin
5. Tipe Kepemimpinan Paternalis
Kuriniadin dan Machali (2009:302) menyatakan karakteristik tipe kepemimpinan paternalis adalah
a. Menganggap bawahan sebagai insan yang belum terpelajar balig cukup akal dan masih perlu dikembangkan
b. Pemimpin bersikap terlalu melindungi (overly protective)
c. Hampir tidak pernah memperlihatkan bawahan mengambil keputusan sendiri,
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar
Kekurangan tipe kepemimpinan paternalis adalah
a. Bawahan menjadi terbatas dalam hal pengembangan pengetahuan, lantaran selalu dihalangi sikap over protective dari pemimpin
b. Bawahan menjadi sulit menyebarkan imajinasi, dan kreativitas mereka
c. Pemimpin akan kesulitan memecahkan masalah lantaran selalu dipikirkan sendiri
Kelebihan tipe kepemimpinan paternalis adalah
a. Bentuk kebersamaan dan kekeluargaan tinggi,
b. Suasana kerja bisa berjalan sesuai yang diinginkan pemimpin
6. Tipe Kepemimpinan Militernis
Karakteristik tipe kepimimpinan militernis berdasarkan Kuriniadin dan Machali (2009:303)
a. Pemimpin lebih banyak memakai sistem perintah atau komando terhadap bawahan dengan kaku dan kurang bijaksana
b. Menghendaki kepatuhan yang mutlak dari bawahannya
c. Menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan gejala kebesaran berlebihan
d. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya
e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti dan kritikan-kritikan dari bawahannya
f. Komunikasi hanya berlangsung satu arah
Kekurangan tipe kepimimpinan militernis berdasarkan (Lamberi dan Indarfachrudi, 1983:62)
a. Bawahan menjadi terkekang dan menjadikan rasa takut yang berlebihan
b. Suasana kerja terasa mencekam dan terlalu kaku
c. Bawahan/anggota tidak mempunyai hak dan bantuan apapun dalam pengambilan keputusan.
d. Kurang menghargai pendapat anggota, anggota hanya bisa beropini kalau diminta pendapatnya saja.
Kelebihan tipe kepimimpinan militernis berdasarkan (Lamberi dan Indarfachrudi, 1983:63) adalah
a. Hanya ada satu garis komando, sehingga terang wewenang dan tanggung jawabnya
b. Keputusan gampang diambil.
c. Adanya kejelasan kiprah dan tanggung jawab masing-masing dengan tingkat konsekuensi yang tinggi.
d. Bawahan mempunyai disiplin yang tinggi
7. Tipe Kepemimpinan Populistis
Karakteristik tipe kepemimpinan populistis menurut Profesor Peter Worsley dalam Kartono (2010 : 85),
a. kepemimpinan yang sanggup membangun solidaritas rakyat, contohnya Soekarno dengan ideologi marhaenismenya yang menekankan pada masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penghisapan serta penguasaan oleh kekuatan asing.
b. berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
c. kurang mempercayai dukungan serta dukungan hutang-hutang luar negeri
Kekurangan tipe kepemimpinan populistis
a. hubungan dengan pihak absurd menjadi kaku dan terbatas
b. nilai-nilai tradisional kadang ada yang sudah tidak sempurna lagi dipakai pada zaman modern menyerupai sekarang
Kelebihan tipe kepemimpinan populistis adalah
a. mengutamakan penghidupan kembali nasionalisme.
b. Tidak tergantung dengan dukungan dari pihak asing
c. Solidaritas tumbuh dalam diri masyarakat atau bawahannya
8. Tipe Kepemimpinan Administratif
Karakteristik kepemimpinan tipe administratif berdasarkan (Kartono, 2010 :85) ialah
a. kepemimpinan yang bisa menyelenggarakan tugas-tugas manajemen secara efektif.
b. Para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur yang bisa menggerakkan modernisasi dan pembangunan
Kekurangan tipe kepemimpinan administratif
a. Birokrasi yang terlalu rumit dan berbelit akan menimbulkan waktu untuk mengambil keputusan terlalu lama
b. Usaha pembangunan untuk daerah-daerah yang tertinggal akan sulit dilakukan
Kelebihan tipe kepemimpinan administratif
a. Dapat membangun sistem manajemen dan birokrasi yang efisien untuk memerintah
b. Terjadi perkembangan teknis, berupa teknologi, industri dan manajemen modern serta pengembangan sosial di tengah masyarakat.
9. Tipe Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
Kartono (2010:87) menjelaskan karakteristik kepemimpinan pseudo-demokratis ialah sebagai berikut
a. Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik
b. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya sepertinya saja bersikap demokratis padahal bergotong-royong ia bersikap otokratis. Misalnya kalau ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di forum Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada balasannya bawahan didesak semoga mendapatkan ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.
c. Pemimpin ini menganut demokrasis semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang absolut dalam bentuk yang halus, samar - samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis
Kekurangan untuk tipe kepemimpinan pseudo-demokratis ialah
a. struktur organisasi menjadi tidak terang atau kabur
b. bawahan selalu didesak semoga mendapatkan keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.
Kelebihan untuk tipe kepemimpinan pseudo-demokratis ialah
a. Pemimpin selalu mempuyai ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang baik
b. Pemimpin selalu melaksanakan musyawarah terhadap bawahannya
C. Pendekatan-Pendekatan Kepemimpin
1. Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan (Power Influence Approach)
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara apa (bagaimana) para pemimpin memakai kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling memengaruhi dan pentingnya pertukaran kekerabatan kolaborasi antara para pemimpin dengan bawahan (Wahjosumidjo, 1995: 20).
Berdasarkan hasil penelitian French dan Raven dalam Wahjosumidjo (1995:20), terdapat pengelompokan sumber dari mana kewibawaan tersebut berasal:
a. Reward Power: bawahan mengerjakan sesuatu semoga memperoleh penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin.
b. Coersive Power: bawahan mengerjakan sesuatu semoga sanggup terhindar dari eksekusi yang dimiliki oleh pemimpin.
c. Legitimate Power: bawahan melaksanakan sesuatu lantaran pemimpin mempunyai kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya.
d. Expert Power: bawahan mengerjakan sesuatu lantaran bawahan percaya bahwa pemimpin mempunyai pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.
e. Referent Power: bawahan melaksanakan sesuatu lantaran bawahan merasa kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk mendapatkan restu pemimpin, dan mau berperilaku pula menyerupai pemimpin.
2. Pendekatan Sifat (The Trait Approach)
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh pemimpin menyerupai (Wahjosumidjo, 1995: 21),
a. tidak kenal lelah atau penuh energi;
b. intuisi yang tajam;
c. tinjauan ke masa depan yang tidak sempit; dan
d. kecakapan meyakinkan yang sangat menarik (irresistible persuasive skill)
Studi Trait Approach didukung dengan perkembangan cepat percobaan-percobaan psikologi selama periode 1920-1950. Berdasarkan hasil studi tersebut ada tiga macam sifat pribadi seseorang pemimpin (Wahjosumidjo, 1995: 21), yang meliputi:
a. ciri-ciri fisik (physical characteristics)
seperti: tinggi badan, penampilan, energi;
b. kepribadian (personality)
seperti:
· menjunjung tinggi harga diri (self esteem)
· berpengaruh (dominant)
· stabilitas emosi
c. kemampuan/ kecakapan (ability)
seperti:
· kecerdasan umum (general intellegence);
· lancar berbicara (verbal fluency)
· keaslian (originality), dan
· wawasan sosial (social insight).
3. Pendekatan Perilaku (The Behavior Approach)
Pendekatan sikap menekankan pentingnya sikap yang sanggup diamati atau yang dilakukan para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh lantaran itu, pendekatan sikap itu mempergunakan contoh sifat pribadi dan kewibawaan. Kemampuan sikap secara konsepsional telah berkembang ke dalam aneka macam macam cara dan aneka macam macam tingkatan abstraksi. Perilaku seorang pemimpin digambarkan ke dalam istilah “pola aktivitas”, “peranan manajerial” atau “kategori perilaku.” Dengan mempergunakan pendekatan perilaku, ke dalam aneka macam macam pembagian terstruktur mengenai (Wahjosumidjo, 1995: 23), yaitu:
a. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Melalui pengembangan Leader Behavior Discription Questionairs dikembangkan pula pemisahan dua dimensi sikap kepemimpinan, yakni struktur inisiasi (intiating structure) dan konsiderasi (consideration).
b. Teori Empat Faktor
Teori kepemimpinan empat faktor mencakup dimensi-dimensi struktural, fasilitatif, suportif, dan partisipatif.
4. Pendekatan Kontingensi (Contigency Approach)
Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur dan memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis aliran sikap yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional. Sesungguhnya ada empat macam model kepemimpinan kontingensi, yaitu Model Fiedler, Model House’s Path Goal, model Vroom-Yetton, dan model situasi. Dari keempat model tersebut, penting kiranya untuk dikembangkan, yaitu model kepemimpinan-situasi.
Model kepemimpinan-situasi timbul lantaran model kepemimpinan sebelumnya tidak bisa memperlihatkan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam kepemimpinan. Dari hasil penelaahan para pakar, bahwa model kepemimpinan-situasi mengandung pokok-pokok pikiran :
1) Dimana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi.
2) Perilaku kepemimpinan yang diadaptasi dengan tingkat kematangan bawahan.
3) Pimpinan yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi matang.
4) Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari suatu situasi ke situasi yang lain.
5) Pola sikap kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada. Ada yang cenderung mengarahkan (direktif) dan ada pula yang cenderung memperlihatkan dukungan (suportif).
D. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keefektifan Kepemimpinan
Mengacu pada pengertian kepemimpinan sanggup dikemukakan bahwa keefektifan kepemimpinan ialah keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan setiap kiprah dan tanggung jawab utama masa kepemimpinannya dalam suatu organisasi atau perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor (James A. F. Stoner dalam Makawimbang, 2012: 41),
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu, dan impian pemimpin
2. Harapan dan sikap atasan
3. Karakteristik, impian dan sikap bawahan
4. Kebutuhan tugas
5. Iklim dan kebijakan organisasi
6. Harapan dan sikap rekan
Keefektifan Kepemimpinan dibutuhkan adanya kepribadian, pengalaman masa kemudian dan impian pimpinan. Faktor-faktor ini akan memengaruhi pilihan pemimpin dalam menentukan gaya kepemimpinan. Manajer yang pernah sukses dalam melaksanakan pengawasan kecil misalnya, atau yang menghargai kebutuhan pencapaian pribadi dari bawahan akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan; manajer yang tidak mempercayai atau sekadar ingin memimpin semua kegiatan kerja secara eksklusif akan menerapkan kiprah yang lebih otoriter. Secara umum, manajer menyebarkan gaya kepemimpinan yang dirasakannya paling nyaman. Kenyataan bahwa kepribadian atau pengalaman masa kemudian manajer membantu manajer membantu membentuk gaya kepemimpinannya tidak berarti bahwa gaya ini tidak sanggup berubah. Harapan manajer merupakan komponen yang lain pula. Bukti telah memperlihatkan bahwa lantaran aneka macam sebab, situasi cenderung berkembang ke arah yang kita perkirakan. Karakteristik bawahan memengaruhi gaya kepemimpinan manajer dalam beberapa cara. Pertama keterampilan dan latihan bawahan memengaruhi pilihan manajer akan gaya; karyawan yang berkemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif. Kedua, sikap bawahan juga merupakan faktor yang kuat (Makawimbang, 2012:41).
Menurut Harsery dan Blanchard dalam Makawimbang (2012:41), impian bawahan merupakan faktor lain dalam menentukan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Bawahan yang mempunyai manajer yang berpusat pada karyawan di masa yang kemudian akan mengharapkan manajer gres yang mempunyai gaya yang serupa dan mungkin akan beraksi secara negatif terhadap kepemimpinan otoriter. Keefektifan kepemimpinan juga dipengaruhi oleh konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja melalu orang lain.
Beberapa faktor penting yang sanggup memengaruhi keefektifan kepemimpinan berdasarkan Fahrudin Ali Prabowo dalam Makawimbang (2012: 42):
1. Persepsi yang Tepat
Persepsi memainkan kiprah dalam memengaruhi efektivitas kepemimpinan. Para manajer yang mempunyai persepsi yang keliru terhadap karyawannya mungkin kehilangan peluang untuk mencapai hasil yang optimal. Oleh karenanya ketepatan persepsi manajerial sangat penting, dan hal itu begitu penting pada setiap model situasional.
2. Tingkat Kematangan
Pemimpin dituntut untuk berkemampuan dan berkemauan mengambil tanggung jawab untuk mengarahkan sikap mereka sendiri dengan memperhatikan tingkat kematangan dalam pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk melaksanakan pekerjaan itu. Bagaimana pun, bawahan harus diberi perhatian serius ketika menciptakan pertimbangan wacana gaya kepemimpinan yang sanggup mencapai hasil yang diinginkan.
3. Penilaian yang Tepat terhadap Tugas
Para pemimpin harus bisa menilai dengan sempurna kiprah yang dilaksanakan oleh bawahan. Dalam situasi kiprah yang tidak terstruktur, kepemimpinan otokratik mungkin sangat tidak sesuai. Para bawahan memerlukan garis petunjuk, bebas bertindak dan sumber daya untuk menuntaskan kiprah itu.Pemimpin harus sanggup dengan sempurna menentukan kekurangan kiprah bawahan sehingga pilihan gaya kepemimpinan yang layak harus dilakukan. Karena tuntutan ini, seorang pemimpin harus mempunyai beberapa pengetahuan teknik wacana pekerjaan itu dan syarat-syaratnya.
4. Latar Belakang dan Pengalaman
Di sini ditegaskan bahwa latar belakang dan pengalaman pemimpin memengaruhi pilihan gaya kepemimpinan. Seseorang yang telah memperoleh keberhasilan lantaran berorientasi kepada kekerabatan mungkin akan meneruskan penggunaan gaya ini. Demikian juga, seorang pemimpin yang tidak percaya kepada para bawahannya dan telah menyususn kiprah bertahun-tahun akan memakai gaya otokratik.
5. Harapan dan Gaya Pemimpin
Pemimpin bahagia dan lebih menyukai suatu gaya kepemimpinan tertentu. Seorang pemimpinan yang menentukan pendekatan yang berorientasi pada pekerjaan, otokratik, mendorong keberanian bawahan mengambil pendekatan yang sama. Peniruan model pemimpin merupakan kekuatan untuk membentuk gaya kepemimpinan. Karena pemimpin mempunyai berbgai landasan kekuasaan, maka impian mereka ialah penting.
6. Hubungan Seprofesi
Pemimpin membentuk kekerabatan dengan pemimpin yang lain. Hubungan seprofesi ini dipakai untuk tukar menukar pandangan, gagasan, pengalaman dan saran-saran. Teman seprofesi seorang pemimpin sanggup memperlihatkan dukungan dan dorongan semangat bagi aneka macam sikap kepemimpinan, sehingga memengaruhi pemimpin itu pada waktu yang akan datang. Teman-teman seprofesi merupakan sumber penting wacana perbandingan dan isu dalam menciptakan pilihan dan perubahan gaya kepemimpinan.
KESIMPULAN
1. Kepemimpinan ialah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memeotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum dengan maksud semoga insan sebagai penggalan dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan dirinya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.
2. Fungsi kepemimpinan terdiri dari lima pokok yakni fungsi instruksi, fungsi konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi delegasi dan fungsi pengendalian.
3. Macam-macam gaya kepemimpinan ialah tipe otoriter, tipe laissez faire, tipe demokratis, tipe paternalis, tipe militernis, tipe kharismatis, tipe populistis dan tipe administratif atau eksekutif, dan tipe pseudo-demokratis. Masing-masing tipe kepemimpinan, mempunyai karakteristik, kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4. Pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan diantaranya ialah Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan (Power Influence Approach), Pendekatan Sifat (The Trait Approach), Pendekatan Perilaku (The Behavior Approach), dan Pendekatan Kontingensi (Contigency Approach).
5. Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas kepemimpinan antara lain kepribadian, pengalaman masa lalu, dan impian pemimpin, impian dan sikap atasan, karakteristik, impian dan sikap bawahan, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi. Sedangkan berdasarkan andal yang lain, faktor-faktornya antara lain persepsi yang tepat, tingkat kematangan, penililaian yang sempurna terhadap tugas, latar belakang dan pengalaman, impian dan gaya pemimpin, dan kekerabatan seprofesi.
DAFTAR PUSTAKA
Jerry H. Makawimbang. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: Alfabeta.
Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kurniadin, Didin dan Imam Machali. (2012). Manajemen Pendidikan : Konsep Dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Lamberi, Busro dan Sukarto Indrafachrudi. (1983). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional.
Nawawi, Hadari. (1983). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Wahjosumidjo. 1995. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
0 Response to "Kepemimpinan Pendidikan"