Latest News

Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan Pembelajaran

MAKALAH
STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Makalah ini disusun guna memenuhi kiprah mata kuliah Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Dosen Pengampu : Shidiq Premono, M.Pd

 







Oleh :
Rian Bahar R.                        (11670023)
Dian Lukmana                        (11670035)
Herfira Nur Utami     (11670039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2013/2014



KATA PENGANTAR
                                                                 
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T alasannya yaitu hanya berkat rahmat–Nya, makalah ini sanggup selesai tepat waktu dan sanggup di serahkan kepada dosen pembimbing.
Makalah ini di susun guna memenuhi kiprah mata kuliah Pengelolaan Lembaga Pendidikan dan memberi  pengetahuan tentang konsep perencanaan pendidikan serta memberi  sedikit penjelasannya. Namun makalah ini masih jauh dari kata–kata sempurna, karena kesempunaan semata hanya  milik Allah SWT kita sebagai insan hanya berusaha menjadi yang lebih baik. Oleh karna itu kami mengharapkan masukan kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk membuat makalah ini jadi lebih baik lagi dari siapapun itu.

                                                                                                           






Yogyakarta, 07 Mei 2014

                                                                                                                          Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang direlaisasikan oleh pembangunan nasional di bidang pendidikan guna terwujudnya sumber daya insan yang berkwalitas sesuai dengan tujuan pendidikan yang dihadapkan.
Seluruh upaya dan aktifitas pendidikan, merupakan kegiatan pembelajaran sebagai aktifitas yang utama. Dikatan demikian lantaran melalui kegiatan pembelajaran itulah tujuan pendidikan akan sanggup dicapai dalam bentuk perubahan sikap siswa. Di dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 wacana sistem pendidikan nasional pada pasal (3) dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk membuatkan kompetensi penerima didik supaya menjadi insan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakulkarimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga negara yang demokrasi serta tanggung jawab. Tercapainya tujuan pendidikan di atas, sangat ditentukan oleh aneka macam unsur yang menunjangnya. Mulyasa (2005) menyatakan unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yaitu:
1.      Peserta didik, penerima didik sebagai subjek dengan segala karakteristik yang dimilikinya berusaha untuk membuatkan potensi diri seoptimal mungkin melalui kegiatan pembelajaran. Berbagai kriteria dan potensi yang ikut memberi efek pada proses dan hasil pembelajaran antara lain: kebiasaan belajar, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, keadaan keluarga dan kesehatan.
2.      Tujuan, tujuan yaitu suatu yang dituju atau yang diharapkan sehabis adanya kegiatan mencar ilmu mengajar. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan sebagai isyarat yang ingin dicapai, tujuan tersebut adalah: adanya perubahan sikap siswa.
3.      Guru, guru selalu mengusahakan terciptanya situasi dan iklim mencar ilmu mengajar yang konduktif sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang konduktif dan yang optimal.


Guru sebagai pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan khusus dalam perencanaan kurikulum dan meningkatkan sumber daya penerima didik yang dihasilkan. Oleh lantaran itu guru haruslah sanggup mengelola pembelajaran dengan baik supaya tercipta suasana kelas dan mencar ilmu yang efektif dan efisien.

B.     TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan:
1.      Mengetahui aspek-aspek pengelolaan proses pembelajaran, mencakup pengelolaan kelas, penerima didik, proses pembelajaran.
2.      Mengetahui strategi pembelajaran.
3.      Mengetahui sarana dan sumber belajar.
4.      Mengetahui kriteria guru yang kreatif dalam mengelola proses pembelajaran.



BAB II
ISI

A.    ASPEK-ASPEK PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN
1.      Pengelolaan Kelas
Proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola dengan tepat supaya sanggup memperlihatkan hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan proses pembelajaran bergantung pada kemampuan, sikap guru terhapat proses pembelajaran, dan korelasi dengan siswa. Berdasarkan hal tersebut, berdasarkan Radno Harsanto (2007) ada empat jenis kelas yang sanggup diamati yaitu:
a.       Kelas yang selalu gaduh
Guru di dalam kelas yang selalu gaduh sepanjang hari berusaha menguasai kelas tetaoi tidak berhasil, petunjuk dan bahaya dari guru sering diabaikan, dan eksekusi juga tidak efektif.
b.      Kelas yang gaduh, tetapi suasana lebih positif
Kelas menyerupai ini yaitu kelas dimana guru mencoba semaksimal mungkin supaya kegiatan akademik selalu menyenangkan. Misal dengan adanya permainan, membaca cerita, kegiatan seni dan lain sebagainya di dalam pembelajaran. Akan tetapi jenis kelas ini juga masih mengakibatkan masalah, contohnya yaitu penerima didik seakan meremehkan kegiatan kelas dan tidak serius dalam mengerjakan kiprah lantaran menganggap kelasnya sebagai daerah bermain yang menyenangkan.
c.       Kelas yang damai dan disiplin
Kelas ini tercipta dengan adanya aturan yang ketat oleh guru, sehingga penerima didik merasa tegang dalam pembelajaran. Akan tetap  dikala guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau.
d.      Kelas yang berjalan dengan sendirinya
Guru menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar bukan untuk menegakkan disiplin. Peserta didik mengikuti pembelajaran dan menuntaskan kiprah atas dasar kemauannya sendiri. Kelas tidaklah terlalu damai dan tidak ramai, akan tetapi terdapat diskusi-diskusi oleh penerima didik yang masih terkendali.
Dari empat jenis kelas di atas, pastilah setiap guru berkeinginan mempunyai kelas yang berjalan dengan sendirinya. Tetapi dalam praktiknya banyak ditemui jenis kelas baik yang selalu gaduh, kelas yang damai mencekam dan kelas yang kurang aman lainnya. Oleh lantaran itu seorang guru harus sanggup mengelola kelas dengan baik supaya pembelajaran efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk membuat iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya kalau terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) pengutamaan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri (Mulyasa, 2011).
Mulyasa juga menjelaskan bahwa keterampilan mengelola kelas memilki komponen sebagai berikut:
a.       Penciptaan dan pemeliharan iklim pembelajaran yang optimal
1)      Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memperlihatkan pernyataan dan memeberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
2)      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
3)      Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan penerima didik dalam pembelajaran.
4)      Memberi petunjuk yang jelas.
5)      Memberi teguran secara bijaksana.
6)      Memberi penguatan dikala diperlukan.
b.      Keterampilan yang bekerjasama dengan pengendalian kondisi mencar ilmu yang optimal
1)      Modifikasi perilaku.
·         mengajarkan sikap gres dengan pola dan pembiasaan.
·         meningkatkan sikap yang baik melalui penguatan.
·         mengurangi sikap jelek dengan hukuman.
2)      Pengelolaan kelompok dengan cara (a) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (b) menangani konflik dan memperkecil problem yang timbul.
3)      Menemukan dan mengatasi sikap yang mengakibatkan masalah
·         mengakui perasaan negatif penerima didik.
·         menyusun kembali acara belajar.
·         mengekang secara fisik.
·         mendorong penerima didik untuk mengungkapkan perasaannya.
·         menghilangkan ketegangan dengan humor.


2.      Pengelolaan Peserta Didik
Pengelompokan siswa  tersebut terkadang membawa problem bagi guru, untuk membantu guru menghadapi problem tersebut, pollard  dalam  hilda karli (2004) mengkelompokan  kepribadian  siswa dala 5 kelompok  besar  yaitu:
a.       Impulsivity reflexivity
Orang  yang tergesa-gesa  dalam mengerjakan suatu kiprah tanpa di pikir dulu .
b.      Extroversion
Orang yang terbuka, ramah  sedang  lawanya yaitu introversion  tertutup  dan sangat pribadi  kadang kadag tidak mau bergaul dengan temanya.
c.       Anxiety / adjustment
Anxiety yaitu  orang  yang  merasa  kurang sanggup bergaul dengan sobat sahabat ya, guru atau tidak sanggup menuntaskan permasalahanya.  Sedangkan adjustment  adalah  merasa sanggup bergaul dengan teman-teman ya, guru  atau sanggup menuntaskan permasalahanya
d.      Vacillation / perseverance   
Vacillation yaitu orang yang kosentrasinya rendah sering berubah rubah atau cepat mnyerah dalam pekerjaan, sedangkan perseverance  adalah orang yang  kuat dalam  dalam  berkosentrasi dan terfokus  serta pantang mengalah dalam  mnyelesaikan  masalah.
e.       Competitveness / collaborativenness   
Competitveness yaitu orang  yang mengukur prestasinya dengan orang llain dan  sukar bekerja sama dengan  orang lain .collaborativeness yaitu orang sangat bergantung pada orang lain dan tidak sanggup bekerja sendiri.
Dengan banyaknya tipe kepribadian penerima didik, maka dibutuhkan aneka macam cara dalam pengelolaannya, berdasarkan Radno Harsanto (2007) diantaranya:
a.       Belajar bersama dalam kelompok
Melalui kegiatan interaksi dan komunikasi, penerima didik menjadi aktif belajar. Kerja sama dalam kelompok diharapkan sanggup membantu penerima didik dalam mencapai kompetensinya. Pembagian kelompok yang efektif yaitu pembagian kelompok yang tidak terlalu besar dan heterogen dalam hal intelektual, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.
b.      Pembinaan penerima didik
Sekolah merupakan unit pendidikan yang ingin membuatkan seluruh potensi penerima didik. Sekolah merupakan sarana untuk mendidik penerima didik menjadi  insan yang berpribadi baik, utuh, cerdas dan beriman kepada Tuhan. Dengan demikian sekolah juga menjadi sarana dalam mengarahkan penerima didik menjadi insan yang mempunyai kegunaan bagi dirinya sendiri, sesama dan lingkungannya.
c.       Mengefektifkan daerah duduk penerima didik
Pengaturan posisi daerah duduk penerima didik sangat kuat pada penerima didik, interaksi antarmereka, dan interaksi dengan guru sehingga memberi dampak dalam proses pembelajaran. Penataan daerah duduk dengan format kolom dan baris (KB) merupakan format yang paling sering dijumpai di kelas. Format KB tersebut mempunyai beberapa kekurangan diantaranya, multi-interaksi antar penerima didik kurang dan rentang pandang penerima didik terhadap guru berbeda-beda sehingga perhatian guru terbatas pada penerima didik yang duduk di depan. Salah satu cara meminimalisir hal tersebut yaitu format KB bisa dibentuk luwes, contohnya dengan sistem geser tiap hari sehingga penerima didik tidak bosan dan sanggup mencicipi aneka macam daerah duduk. Pengaturan daerah duduk sebaiknya jangan baku, artinya sanggup diubah-ubah sesuai dengan planning pembelajaran dan teknik pengajaran yang dipilih guru.

B.     Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer. Strategi sanggup diasumsikan sama artinya dengan sebuah siasat, cara, atau taktik. Istilah taktik semakin luas penerapannya, sehingga sanggup dikemukakan bahwa taktik yaitu suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melaksanakan kegiatan atau tindakan. Secara sederhana, istilah pembelajaran diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui aneka macam upaya dan aneka macam strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (majid, 2013).
Berdasarkan klarifikasi mengenai taktik pembelajaran diatas, maka sanggup disimpulkan bahwa taktik pembelajaran yaitu planning seorang guru dalam mengelola semua komponen mencar ilmu dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Abdul majid (2013) mengemukakan empat unsur startegi pembelajaran, yaitu:
1.      Menetapkan spesifikasin dan kualifikasi tujuan pembelajaran.
2.      Mempertimbangkan dan menentukan sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.      Mempertimbangkan klangkah-langkah, metode, dan teknik pembelajaran.
4.      Menetapkan batas minimum ukuran keberhasilan pembelajaran.
Berikut Contoh Strategi Pembelajaran dengan Berbagai Teknik/Metode Pembelajarannya.
Strategi Teacher Centered
Strategi Student Centered
Ceramah
Inkuiri
Praktik ketrampilan
Riset/Kajian Pustaka
Pertanyaan Terarah
Permainan Simulasi
Diskusi Kelas
Bermain Peran/Sosio Drama
Demonstrasi
Konstruktivisme
Presentasi Berbasis Media
Pembelajaran Kooperatif

C.    Sarana dan Sumber Belajar
Dalam perjuangan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, guru tidak boleh melupakan satu hal yang sudah niscaya kebenarannya yaitu bahwa penerima didik atau siswa harus diupayakan untuk banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber mencar ilmu yang memadai sulit diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil mencar ilmu yang optimal. AECT (1977) mengartikan sumber mencar ilmu sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang sanggup digunakan oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar.
Sumber belajar mencakup pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber mencar ilmu bahkan bermetamorfosis komponen sistem instruksional apabila sumber mencar ilmu itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih kemudian dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga berdampak pada pembelajaran yang bertujuan dan terkontrol. Tiap-tiap bentuk sumber mencar ilmu tersebut harus berinteraksi dengan siswa bila menginginkan kualitas dan hasil mencar ilmu yang optimal, sebab unsursumber-sumber mencar ilmu itu merupakan komponen perjuangan yang sanggup mendukung proses mencar ilmu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka perlu kiranya ada organisasi pengelolaannya. Dan mengingat kenyatan yang ada bahwa keterbatasan dana dan tenaga yang mendukung sumber-sumber mencar ilmu itu juga dipandang perlu adaya suatu taktik pengelolaan yang efektif dan efisien.
Ditinjau dari pemanfaatannya sumber mencar ilmu terbagi menjadi dua yaitu sumber mencar ilmu yang didesain (by design) dan sumber mencar ilmu yang tinggal pakai/dimanfaatkan (by utilitation).
1.      Sumber mencar ilmu yang didesain (by design)
      Sumber mencar ilmu yang di desain merupakan sumber-sumber mencar ilmu yang secara khusus di kembangkan  sebagai “komponan sistem instruksional” yang diharapkan sanggup membantu fasilitas kegiatan mencar ilmu yang bersifat formal ataupun non formal dan mempunyai tujuan tertentu. Dengan demikian sumber mencar ilmu jenis ini harus dianalisis, direncanakan, dan kemudian gres dikembangkan sesuai dengan kebutuhan tujuan dan materi serta karateristik si belajar/siswa supaya alhasil benar-benar sanggup memudahkan belajar.
2.      Sumber mencar ilmu yang dimanfaatkan (by utilization)
      Sumber mencar ilmu yang tinggal dimanfaatkan yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun sanggup di temukan, diterapkan, dan digunakan untuk keperluan belajar.
Dari beberapa definisi dan klarifikasi wacana teknologi instruksional sanggup diambil beberapa kesimpulan; bahwa teknologi instruksional menghasilkan sumber belajar  yang sanggup digunakan untuk memperbaiki pengajaran. Terdapat fungsi-fungsi tertentu, contohnya pengembangan instruksional, produksi media, pengelolaan sumber belajar, evaluasi program, dan sebagainya yang harus dijalankan oleh tenaga-tenaga tertentu dalam bidang teknologi instruksional.

D.    Kriteria Guru yang Kreatif dalam Mengelola Proses Pembelajaran
Kreativitas merupakan kemampuan umum untuk membuat sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memperlihatkan gagasan-gagasan gres yang sanggup diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan gres antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2004).
Ada enam perkiraan kreatif yang diangkat dari teori dan aneka macam studi wacana kreativitas, yaitu sebagai berikut (Dwijanto, 2006):
1.      Setiap orang mempunyai kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreativitas, dan yang diharapkan yaitu bagaimana membuatkan kreativitas tersebut.
2.      Kreativitas dinyatakan dengan produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan. Produk kreatif merupakan kriteria puncak untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang.
3.      Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang, peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sesuai perkiraan interaksional atau sosial psikologis yang memandang kedua faktor tersebut secara komplementer.
4.      Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang sanggup menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. Faktor-faktor tersebut sanggup diidentifikasi persamaan dan perbedaannya pada kelompok individu yang satu dengan yang lain.
5.      Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevokuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan pengembangan hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya.
6.      Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam membuat kombinasi-kombinasi gres dari hal-hal yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak lahir hanya lantaran kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.

Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (2000), Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
1)      Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.
2)      Kerjasama yang cukup baik antara aneka macam personel pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
3)      Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi mencar ilmu siswa.
4)      Perbedaan status yang tidak terlalu tajam di antara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya korelasi manusiawi yang lebih harmonis.
5)      Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.
6)      Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan kiprah dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas
7)      Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil kepingan dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan kepingan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.

Syarat-syarat untuk menjadi guru yang kreatif
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar (2004) syarat untuk menjadi guru kreatif yaitu :
1)      Pofesional, yaitu sudah berpengalaman mengajar, menguasai aneka macam teknik dan model mencar ilmu mengajar, bijaksana dan kreatif mencari aneka macam cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan mencar ilmu secara individual dan kelompok, disamping secara klasikal, mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai aneka macam teknik dan model penelitian.
2)      Memiliki kepribadian, antara lain : bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh perhatian, mempunyai sifat toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
3)      Menjalin korelasi sosial, antara lain : suka dan pintar bergaul dengan anak berbakat dengan segala keresahannya dan memahami anak tersebut, sanggup menyesuaikan diri, gampang bergaul dan bisa memahami dengan cepat tingkah laris orang lain.





DAFTAR PUSTAKA

AECT.(1997). Teknologi Pendiikan. Jakarta: Rajawali.
Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dwiyanto, Agus.(2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Harsanto, Radno.(2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta : Kanisius.
Karli, Hilda dan Margaretha S.Y. (2002). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Bina
Media Informasi.
Majid, Abdul.(2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.(2005). Kurikulum Yang Disempurnakan. Jakarta: PT Rineka Cipta Karya.
_______.(2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami.(2004)Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta Karya.
Suyono dan Hariyanto.(2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wijaya, C. & Rusyan, T. (1992). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses h Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.











BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang telah dipaparkan di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola dengan tepat supaya sanggup memperlihatkan hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan proses pembelajaran bergantung pada kemampuan, sikap guru terhapat proses pembelajaran, dan korelasi dengan siswa.
2.      Pengelompokan siswa  tersebut terkadang membawa problem bagi guru, untuk membantu guru menghadapi masalah.
3.      Strategi pembelajaran yaitu planning seorang guru dalam mengelola semua komponen mencar ilmu dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
4.      Sumber belajar mencakup pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber mencar ilmu bahkan bermetamorfosis komponen sistem instruksional apabila sumber mencar ilmu itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih kemudian dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga berdampak pada pembelajaran yang bertujuan dan terkontrol
5.      Ada enam perkiraan kreatif yang diangkat dari teori dan aneka macam studi wacana kreativitas, yaitu sebagai berikut (Dwijanto, 2006):
a.       Setiap orang mempunyai kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreativitas, dan yang diharapkan yaitu bagaimana membuatkan kreativitas tersebut.
b.      Kreativitas dinyatakan dengan produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan. Produk kreatif merupakan kriteria puncak untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang.
c.       Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang, peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sesuai perkiraan interaksional atau sosial psikologis yang memandang kedua faktor tersebut secara komplementer.
d.      Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang sanggup menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. Faktor-faktor tersebut sanggup diidentifikasi persamaan dan perbedaannya pada kelompok individu yang satu dengan yang lain.
e.       Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevokuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan pengembangan hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya.
f.       Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam membuat kombinasi-kombinasi gres dari hal-hal yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak lahir hanya lantaran kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.


0 Response to "Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan Pembelajaran"

Total Pageviews